"Jika sel baterai Li-ion ditusuk bisa keluar api, dimatikan pakai alat pemadam ringan pun tidak bisa," tambah lagi abdul.
"Kalau LFP ditusuk paling cuma keluar asap, jadi tidak terbakar," jelasnya.
LiFePO4 memiliki kapasitas perpindahan elektron yang lebih rendah sehingga membuatnya tidak bisa terbakar.
Sayangnya baterai ini punya kekurangan, yakni punya dimensi besar tapi tegangannya kecil.
"LiFePO4 punya bentuk besar tapi tegangan kecil," lanjut pemilik bengkel spesialis motor listrik itu.
"Tegangan per sel LFP di angka 3,2 Volt, penuh di 3,65 Volt," sambungnya.
"Sedangkan Li-ion tegangan 3,7 Volt, penuh di 4,2 Volt," tambahnya.
Baca Juga: Cara Baca Spesifikasi Baterai Motor Listrik Harus Tahu Artinya Sebenarnya
"Jadi buat menyusun baterai pack 72 Volt dibutuhkan 24 sel LiFePO4, sedangkan Li-ion hanya butuh 20 sel," lanjutnya.
Kekurangan lainnya LiFePO4, biasanya pada saat tegangan rendah akan mengalami sudden death atau tiba-tiba mati.
Kejadian ini dipengaruhi oleh kondisi Depth of Discharge (DOD) atau tingkat terendah Voltase baterai.
"Biasanya baterai enggak boleh sampai DOD," tambah pria yang buka di Jalan Curug Raya, Jaticempaka, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi ini.
"Pabrikan pasti akan kasih spare, misal sel baterai LiFePO4 DOD di 2,5 Volt, maka pabrikan memasang voltase terendah di 3,15 Volt atau 3 Volt.
"Adapun floating tegangan atasnya juga cukup lumayan besar, setelah charge penuh baterai LiFePO4 dengan tegangan 60 Volt itu penuh di angka 73 Volt," jelasnya.
"Namun setelah charger dicabut, tegangan akan stand by menjadi 68-69 Volt," lanjut Abdul
"Berbeda dengan Li-ion yang lebih padat, jika turun tidak lebih dari 1 Volt," pungkasnya.
Kesimpulannya, baterai LFP atau LiFePO4 punya siklus lebih panjang dan tidak mudah terbakar.
Sedangkan untuk kekurangan, dimensi dan bobot besar sehingga butuh ruang lebih di motor listrik, serta daya listrik yang disimpan kecil.
Penulis | : | Ardhana Adwitiya |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR