Sebab selain gaptek, ia juga tidak memiliki telepon pintar.
Berbeda dengan Wahyu, Rifkyanto Putro (30) mengaku tidak kesulitan dengan pengaplikasian MyPertamina.
Ia pun pernah mengunduh aplikasi tersebut, namun belum pernah digunakan.
"Dulu pernah install (MyPertamina), tapi cuma untuk melihat promo, belum pernah pakai."
"Tapi pernah beli cashless dengan LinkAja dan mobile banking lain," terangnya.
Kendati demikian, ia mengaku lebih nyaman membeli BBM dengan uang tunai.
Pasalnya, dirinya takut terjadi kebakaran.
Selain keamanan penggunaan telepon pintar saat mengisi BBM, ia juga mempertanyakan efektivitas pengaplikasian MyPertamina.
"Kan kalau di SPBU itu tidak boleh pakai HP. Kalau pakai My Pertamina itu kan harus buka HP, akses kamera, dan sinyal juga."
"Kalau kebijakan tersebut diaplikasikan memang tidak kesulitan, tetapi takut pada risiko kebakarannya," ujarnya.
Baca Juga: Update Harga Bensin Pertalite Terbaru Jelang Pembeliannya Diwajibkan Pakai MyPertamina
"Aman atau tidak? Kemudian apakah mempercepat atau justru memperlambat proses pengisian?," sambungnya.
Sementara itu, Yudhantara (33) tak ambil pusing dengan pengaplikasian MyPertamina dalam pembelian Pertalite.
Hanya saja pemerintah harus mempersiapkan dengan matang, sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
"Kalau saya sih setuju saja, barangkali pengisian jadi lebih cepat. Tetapi harus dipikirkan juga gimana nanti yang sudah tua, yang tidak punya HP. Asal dipersiapkan secara matang sih tidak apa-apa, jangan sampai jadi masalah," ungkapnya.
Ia menambahkan pemanfaatan MyPertamina menguntungkan pengecer.
Sebab masyarakat yang enggan mengunduh aplikasi bisa beralih ke pengecer daripada ke SPBU.
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul "Begini Tanggapan Warga Kota Yogyakarta Terkait Pembelian Pertalite Melalui My Pertamina"
Source | : | TribunJogja.com |
Penulis | : | Aditya Prathama |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR