"Kalau saya nggak ngegas motor, ya bisa jadi tertimbun tanah longsor. Saya gas karena saya mendengar suara kemrosok dan tiang listrik sudah mirin (mau roboh)," tutur Lukito, yang tak henti-hentinya bersyukur atas keselamatannya itu.
Namun, Lukito dan pedagang lainnya tetap mendapatkan kendala.
Sebab, saat pulang dari pasar atau sehabis belanja dari Pasar Wlingi, mereka tak bisa melintas di jalan yang kini tertimbun tanah longsor tersebut.
Sebab, jalan yang satu-satunya menghubungkan dua kecamatan itu, kini tertimbun tanah longsor setinggi 2 meter, dengan panjang 8 meter.
Ditambah, timbunan tanah itu bercampur bongkahan kayu dan bambu, sehingga membuat proses pembersihannya sulit.
"Kini, kami dan pedagang lainnya, harus memutar sejauh sekitar 7 km, untuk menghindari jalan yang tertimbun longsoran itu. Ya, kami harys memutar jauh karena harus lewat Desa Popoh, Kecamatan Selopuro," ungkap Lukito.
Source | : | Tribunnews.com |
Penulis | : | Niko Fiandri |
Editor | : | Niko Fiandri |
KOMENTAR