MOTOR Plus-online.com - Mau isi Pertalite sering antriannya panjang akhirnya beralih pakai Pertamax.
Pertamina ungkap resiko biasa pakai Pertalite diisi Pertamax yang didukung formula Pertatec bagaimana dampaknya.
Dikutip dari laman resmi Pertamina, Pertamax adalah bahan bakar minyak produksi Pertamina yang memiliki angka oktan minimal 92.
Katanya angka oktan tinggi ini membuat pembakaran jadi lebih sempurna dan tidak meninggalkan residu.
Sangat direkomendasikan buat kendaraan sehari-hari saat ini, artinya ruang bakar jadi bersih.
Selain menghasilkan pembakaran sempurna, Pertamax juga memiliki kelebihan lainnya berkat formula PERTATEC (Pertamina Technology).
Apakah Pertatec tersebut? Yaitu formula zat aditif yang memiliki kemampuan untuk membersihkan endapan kotoran pada mesin sehingga mesin jadi lebih awet.
Bahkan Pertatec konon menjaga mesin dari karat serta pemakaian bahan bakar yang lebih efisien.
Baca Juga: Update Harga BBM Pertamina Jelang Natal 2022, Pertalite Sampai Pertamax Turbo Beda-beda?
Baca Juga: Update Harga Pertalite dan Pertamax Jelang Natal dan Tahun Baru 2023, Ada Kenaikan?
Kemudian muncul Pertanyaan, bagaimana jika sebelumnya pakai Pertalite kemudian menggunakan Pertamax?
Dalam laman resmi MyPeramina diungkapkan, Pertamax diciptakan sesuai dengan kondisi jalanan di Indonesia, khususnya di kota besar yang cenderung macet.
Walau sering langsam karena macet dan campuran bensin cenderung lebih banyak dibanding udara, ruang bakar tetap lebih bersih karena tidak meninggalkan kerak.
Kata ahli ITB
Saat ini banyak motor yang cocok pakai Pertamax dijelaskan dosen Teknik Mesin ITB dan juga peneliti Lapi ITB, Dr. Ing. Ir. Tri Yuswidjajanto Zaenuri.
"Sebenarnya secara regulasi emisi untuk motor yang sudah Euro3 sejak 2013, tidak ada yang cocok pakai Pertalite karena syarat RON minimum adalah 91," ujar Yuswidjajanto saat dihubungi MOTOR Plus-online, Selasa (12/7/2022).
"Akan tetapi pada kenyataannya pabrikan pasti mengejar penjualan, padahal pengguna pasti sukanya pakai BBM yg murah (waktu itu Premium)," sambungnya.
"Jadi di satu sisi mereka ingin bisa jualan dengan lulus uji type yang di dalamnya ada uji emisi, dan juga ingin laku jualan mengikuti keinginan konsumen yg bisa pakai RON 88 alias Premium," lanjut pria yang akrab disapa Yus ini.
Baca Juga: Harga BBM Pertamina Ada yang Naik, Simak Update Harga BBM Pertamina Seluruh Indonesia Terbaru
"Karena sejak tahun 2013 semua motor menjadi EFI, maka timing ignition diset agar bisa menerima bensin RON 88 hingga di atas 91," tambahnya.
"Jadi migrasi dari RON 88 ke 90 tidak akan terjadi apa-apa, malah sudah terbukti dan jadi irit," lanjutnya.
"Migrasi dari RON 90 ke 92 juga tidak akan terjadi apa-apa, mungkin malah akan lebih hemat BBM & rendah emisi, dan tidak perlu melakukan apapun alias isi saja," sambung Yus.
"Karena sejak 2013 semua motor yang diproduksi tahun itu harus lulus uji emisi Euro3 ketika dilakukan uji tipe, maka tidak ada motor yg kompresinya rendah," tambahnya.
"Motor yang diproduksi sebelum 2013 pun sama, karena sejak 2003 kita menerapkan regulasi emisi Euro2, yang syarat BBM minimum RON91 juga," lanjtunya.
"Untuk motor yg diproduksi sebelum 2003 barangkali ada yang kompresinya rendah tapi sudah menggunakan CDI untuk mengatur timing ignition, mungkin perlu ganti CDI after matket agar bisa memajukan timing ignition," jelas Yus.
Motor kompresi rendah kalau mau diisi Pertamax timing ignition atau timing pengapian harus dimajukan.
"Untuk yang masih pakai platina ya tinggal stel platina agar sesuai timing ignition untuk Pertamax," sambung lagi dia.
"Kalau timing igniton tidak diubah ya akselerasi jadi berat, BBM jadi boros, emisi tinggi, dan asap pedih di mata," pungkasnya.
KOMENTAR